A. Latar Belakang
Tanaman Kakao (Theobroma Cacao) merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek cukup cerah, disamping permintaan dalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri.
Perkembangan tanaman kakao di Indonesia dewasa ini ditinjau dari luasan areal sangat memuaskan, terutama kakao rakyat. Luas areal wilayah perkebunan kakao menempati peringkat paling atas yaitu 3315 hektar di ketinggian 500 meter dari permukaan laut dan yang dimanfaatkan untuk lahan perkarangan 50 hektar, tegal / kebun / ladang / huma 460 hektar kolam / tambak / empang 5 hektar dan perkebunan rakyat 2550 hektar, sawah 200 hektar dengan jumlah petani 700 orang.
Dalam rangka melaksanakan Revitalisasi perkebunan Gubernur Provinsi Aceh menetapkan wilayah pesisir timur aceh mulai dari Aceh Tamiang sampai Kabupaten Pidie sebagai sentra produksi kakao bahkan sampai Aceh tenggara dan Aceh Barat Daya, luas tanaman kakao di masing – masing kebupaten tersebut adalah sebagai berikut : Kabupaten Pidei 7000 Ha, pidie Jaya 6210 Ha, Bireun 6412 Ha, Aceh Utara 6127 Ha, Aceh Timur 4916 Ha, Aceh Tamiang 1760 Ha, Aceh Tenggara 8196 Ha, Aceh Barat Daya 5806 Ha, jumlah total luas tanaman kakao di Aceh adalah 46.427 Ha,
Pemerintah Aceh berkerja sama dengan Swiss Contact ( NGO ) meluncurkan program “ Peningkatan Ekonomi Kakao Aceh (PEKA),“yang di mulai dari tahun 2009- 2014 dengan melakukan kegiatan pemberdayaan petani kakao melalui sekolah lapang kakao. Dengan adanya program ini jumlah petani dan luas lahan yang di tanam di provinsi aceh wilayah timur mrnjadi meningkat dan pendapatan petani di harapkan bertambah, karena di wilayah tersebut memiliki potensi sumber daya alam ( SDA) dan sumber daya manusia ( SDM) yang sangat mendukung untuk budidaya kakao.
Dari hasil pengamatan yang ada di lokasi yaitu dengan cara pengambilan data dari program BPP dan rencana kerja PPL secara partisipatif. Di desa Perkebunan Pulau Tiga terdapat 10 kelompok tani dengan tingkat kelas kelompok belum di kukuhkan kelompok tani, pemula 5 kelompok tani, lanjut 5 kelompok tani dan madya kelompok tani. Tingkat pendidikan di Desa Pulau Tiga minimal sudah tamat SD 1200 jiwa, sehingga rata-rata dapat membaca atau tidak ada buta huruf.
Di Provinsi Aceh, tanaman kakao telah diusahakan sejak awal tahun 1956, akan tetapi tehnik pengendalian hama pada pengisap buah kakao (Helopeltis Sp) secara intensif baru dimulai sejak pelita III, khususnya menjadi sasaran utama bagi pengembangan kakao rakyat dalam rangka peningkatan produksi serta dapat meningkatan pendapatan petani yang ditempuh melalui beberapa kegiatan antara lain intensifikasi, peremajaan, perluasan areal dan diversifikasi tanaman.
Akan tetapi, kelompok tani dalam berusaha tani sebagian besar belum mempunyai tabungan kelompok atau organisasi simpan pinjam kelompok tani, sehingga dalam melaksanakan kegiatan tidak dapat dilaksanaka sesuai dengan anjuran, akibatnya produksi yang diperoleh tidak memuaskan, baik dilihat dari segi kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan, sebab kekurangan modal dalam membuka lahan. Sementara itu potensi lahan pertanian wilayah Desa Perkebunan Pulo Tiga sangat mendukung sehingga dapat terbentuknya kas kelompok melalui tabungan kelompok dengan menyisihkan hasil usaha setelah panen.
Di kabupaten Aceh Tamiang luas areal tanaman kakao rakyat mencapai 1760 hektar yang menyebar hampir pada setiap desa. Salah satu desa yang memiliki luasan areal kakao rakyat relatif besar adalah desa Perkebunan Pulo Tiga dimana penulis akan melaksanakan penelitian dalam Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) di Desa tersebut yang akan menjadi objek peneliti.
Menurut pengembangan tanaman kakao di desa tersebut pada mulanya dilaksanakan para petani awal tahun 1982 dengan bantuan kredit melalui proyek peremajaan rehabilitasi dan perluasan tanaman ekspo (PRPTE). Selanjutnya karena melihat pertumbuhan tanaman yang begitu subur dan harga jual semakin tinggi serta hasil yang terus meningkat. Oleh karena demikian para petani berinisiatif agar dapat mengembangkan hasil tanaman secara swadaya.
Dalam melaksanakan usaha tani kakao, para petani di desa Perkebunan Pulo Tiga membentuk wadah kelmpok tani yang salah diantaranya adalah kelompok tani pemula masing-masing terdiri dari 5 kelompok tani. Desa Perkebunan Pulo Tiga memiliki potensi usaha di bidang pertanian yang cukup baik untuk dikembangkan khusunya Perkebunan dan Palawija yang dapat menjadi masukan keuangan dikas kelompk tani melalui tabungan kelompok tani, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota kelmpok tani dan masyarakat tani.
Berkaitan dengan rendahnya produksi ini, penulis berusaha mendapatkan informasi yang layak, diantarnya kepala desa, ketua kelompok tani, penyuluh perkebunan lapangan dan tokoh masyarakat lainnya serta para petani anggota kelmpok tani. Dari keterangan-keterangan yang mereka berikan dapat disimpulkan bahwa pada umumnya petani belum dapat sepenuhnya menerapkan teknologi budidaya yang baik dan benar sesuai anjuran. Teknologi budidaya yang dimaksudkan disini adalah pemupukan, pemangkasan. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan dan keterampilan para petani sehingga tidak menyadari kerugian-kerugian yang akan timbul karenanya.
Adapun dengan cara rancangan penyuluhan tehnik pengendalian hama pengisap buah kakao (Helopeltis Sp) dapat sedikit membantu petani dan keluarganya dalam berusaha tani, sumber daya alam sudah tersedia namun kita olah sehingga untuk mewujudkan harapan diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan, pengetahuan keterampilan dan sikap yang tinggi sehingga mampu membangun pemupukan modal kelompok dalam usaha tani. Untuk itu pemberdayaan sumber daya manusia yaitu melalui penyuluhan-penyuluhan pada kelompok tani khususnya mengenai Pengendalian Hama Pengisap Buah Kakao sehingga para petani dapat terbantu dalam mengahdapi masalah keuangan.
Dari hasil pengamatan ini penulis menyimpulkan bahwa adanya hama dan penyakit yang menyerang pertanaman kakao para petani khususnya anggota kelompok tani pemula yaitu hama pengisap buah kakao walaupun persentasi serangan belum mencapai tingkat membahayakan, yaitu hanya 12 % dari keseluruhan luas areal anggota kelompok, hal ini dapat merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya produksi. Menurut Anonimus (2000), bahwa produk kakao sangat dipengaruhi oleh akibat serangan hama, seperti hama pengisap buah (Helopeltis Sp) dapat mengurangi mutu dan jumlah produk karena biji menjadi lebih kecil dan pada serangan berat menyebabkan kesehatan pohon terganggu.
Menurut Susanto (1999), serangan Helopeltis Sp dapat menurunkan produksi 46 % pada tahun yang sama sejak penyerangan, sedangakan pada tahun berikutnya dapat mencapai 61 hingga 75 %.
Serangan yang berulang setiap tahun dapat menimbulkan kerugian sangat besar karena tanaman tidak sempat tumbuh normal.
Tingkat serangan hama pengisap buah (Helopeltis Sp). Cara analisis usaha tani, apabila hama Helopeltis Sp ini dapt dikendalikan dengan sempurna dan produksi rata-rata dapat mencapai 900 kilogram biji kering perhektar maka pendapatan yang akan diperoleh petani menjadi meningkat pula. Analisis usaha tani Kakao perhektar dan tanpa melaksanakan pengendalian hama pengisap buah Kakao (Helopelti Sp), Pelaksanaan Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) merupakan salah satu Persyaratan bagi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP- Medan) guna mendapatkan gelar kesarjanaan serta menamatkan pendidikan pada ahli jenjang program D-IV, melalui pelaksanaan KIPA akan terciptanya kopetensi penyuluh yang tidak hanya mampu melaksanakan penyuluhan teapi harus juga mampu menganalisis data-data yang disertai kaedah yang benar. Dengan adanya pelaksanaan KIPA ini dapat mengimplementasikan pengetahuan, keteampilan dan sikap yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di STPP-Medan guna pencapaian tugas profesi Penyuluhan Pertanian karena dengan itulah pelaksanaan KIPA di pedesaan berdasarkan keadaan wilayah dan potensi wilayah desa Perkebunan Pulo Tiga Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi para petani, baik secara individu maupun secara berkelompok dan merupakan faktor penentu dalam upaya meningkatkan produksi.
Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang KIPA ini, maka disimpulkan bahwa masalah-masalah yang ada dikelompok tani tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Anggota kelompok tani dalam desa Perkebunan Pulo Tiga kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang belum memanfaatkan wadah kelompok tani secara optimal untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan usaha tani.
2. Anggota kelompok tani belum sepenuhnya mengupayakan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan teknik anjuaran pada kebun-kebun kakao mereka, sehingga timbulnya serangan hama pengisap buah.
3. Masih terbatasnya pengetahuan anggota kelompok tani sehingga belum menyadari bahwa dengan melaksanakan pemeliharaan tanaman secara optimal, maka akan dapat menaikkan produksi. Dengan kata lain, dengan pemeliharaan input yang optimal akan menghasilkan output yang optimal pula.
4. Petani belum menerapkan teknik pengendalian ham pengisap buah Kakao sesuai dengan lima tepat teknis yakni; tepat cara ,tepat jenis, tepat sasaran, tepat dosis dan tepat waktu.
Dari hasil analisis diatas, oleh karena itu penulis amat yakin dalam melaksanakan dan menulis Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA). Maka penulis memilih judul tulisan “Rancangan Penyuluhan Tekhnik Pengendalian Hama Pengisap Buah Kakao (Helopeltis Sp) di Desa Perkebunan Pulo Tiga “. Sebagai materi tugas KIPA yang dilaksanakan di desa Perkebunan Pulo Tiga, Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh.
C. Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam rangka pelaksanaan sesuai dengan penulisan KIPA ini adalah sebagai berikut :
1. Terbinanya sikap petani selaku anggota kelompok tani sehingga tumbuh kesadaran untuk mau dan mampu menjalin kerja sama yang baik sesama anggota kelompok tani dalam upaya meningkatkan keberhasilan usaha tani;
2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok tani sehingga mampu melakukan rancangan penyuluhan pembinaan kelompok tani dalam rangka teknik pengendalian hama pengisap buah kakao (Helopeltis Sp ) sesuai teknik anjura;
3. Tujuan pelaksanaan Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) adalah untuk menghasilkan rancangan penyuluhan rancangan penyuluhan pembinaan kelompok tani dalam rangka tentang teknik pengendalian hama pengisap buah kakao (Helopeltis Sp) untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi petani di Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh.
4. Agar petani dapat mengetahui hama Helopeltis Sp untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam melakukan penyuluhan selama mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP-Medan).
D. Kegunaan
Kegunaan dari penyusunan Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) adalah petani tahu dan mau melaksanakan rancangan penyuluhan pembinaan kelompok tani dalam rangka teknik pengendalian hama pengisap buah kakao (Helopeltis Sp). Apabila tujuan dari permasalahan diatas telah dicapai maka :
1. Kegunaan untuk Penyuluhan untuk dijadikan bahan referensi untuk melaksanakan Penyuluhan tentang Rancangan Penyuluhan rancangan penyuluhan pembinaan kelompok tani dalam rangka Teknik Pengendalian Hama Pengisap Buah Kakao (Helopeltis Sp).
2. Kegunaan untuk para petani, kelompok tani, dan masyarakat sebagai salah satu cara untuk mendapatkan ilmu tentang teknik pengendalian hama pengisap buah kakao (Helopeltis Sp).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Aspek Teknik
Pengendalian hama pengisap buah Kakao (Helopeltis Sp) salah satu kegiatan pokok dari pembasmi atupun membunuh hama Helopeltis Sp adalah tujuannya menghilangkan hama tersebut supaya mendapatkan hasil yang lebih tinggi, pengendalian dengan mekanis (membabat, mencabut, mencangkul, dll ). Pengendalian secara kultur teknik (pemberian mulsa menanam penutup tanah, penanaman pohon penaung dan tanaman sela).
Pengendalian hama dan penyakit hama utama : Pengerek buah kakao (PBK), Helopeltis Sp Early Warning System (EWS) sensus dua minggu sekali (tanda: dengan gantungan daun kakao, nama tukang sensus / nomor RY / nomor pokok) nomor pokok dan nomor RY harus ada dan jelas. Hasil sensus dengan Spot Spraying dan Blanket.
Gejala kerusakan menghisap cairan buah kakao muda dan tunas muda, menimbulkan bercak-bercak pada bekas tusukannya akibatnya buah kakao muda dan tunas mengering. Siklus muda mencakup antara lain yaitu telur: 6-7 hari, nimfa: 10-11 hari, dewasa: 14-20 hari. Serangan berat hama ini dapat menurunkan produksi 50-60 %.
Pemakaian alat dilakukan dengan alat semprot punggung bermesin (Mist Blower) yang dosisnya sudah ditentukan. Patokan untuk konsetrasi terdiri volume pelarut tetap 200 ltr / Ha dosis tersebut adalah jika jumlah pokok penuh. Cara aplikasinya yaitu 200 ltr / 1000 pokok atau 0,2 ltr / pokok. Jadi satu tangki itu 12 liter / 0,2 = 60 pokok.
Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) nama latinnya Conopomorpha cramella Snellen Lepidoptera, Gracillariidae. Gejala kerusakannya menyerang buah kakao umur 2-3 bulan atau panjang sekitar 8 cm, larva memakan daging buah dan saluran makanan yang menuju biji. Pada serangan lanjut biji menjadi lengket dan tidak dapat dipisahkan, jadi gejala baru Nampak dari luar saat buah masak berupa terjadinya warna kuning bukan pada alurnya dan kulit buah berwarna pudar. Kerugian akibat serangan PBK mencapai 80 % biji kakao kering (Kwantum biji kakao basah turun, rendemen turun, sehingga biji kakao kering hanya mencapai 20% dari kondisi normal). Siklus hidup Penggerek Buah Kakao (PBK) terdiri dari telur 2-7 hari, larva 14-18 hari, kepompong 5-8 hari, dewasa 5-8 hari.
Adapun cara pengendaliannya dengan cara pemotongan tajuk: tajuk tanaman kakao tidak lebih dari 4 meter, metode panen sering: bertujuan agar mempersingkat umur buah matang di pohon, sehingga larva tidak sempat keluar membentuk kepompong, pengendalian hayati: dengan menggunakan semut hitam (Dthoracicus) atau menyemprotkan jamur (Bacillus bassiana) dan yang terakhir dilakukan dengan penyemprotan insektisida: yaitu menggunakan insektisida pyrethroid sintetik, rotasi 2 minggu, sebanyak 3 kali. Pengendalian ini dilakukan jika serangan sudah berat (buah muda).
Sanitasi kulit kolven, placenta dan bekas panen bertujuan untuk membunuh larva yang ada dalam buah, telur dan kepompong. Penyarungan buah menggunakan plastic dengan ukuran plastic 30 x 15 cm yang terbuka pada bagian bawahnya. Buah yang disarungi umur 1-2 bulan atau berukuran 8-10 cm. Cara penyarungan buah memang mahal dan memerlukan tenaga dalam jumlah yang besar namun paling efektif dibandingkan cara lainnya.Jadi, penyarungan dapat dimodifikasikan pada saat buah kecil umur 1-2 bulan tersebut dalam kondisi rendah, sehingga buah yang disarungi tidak dalam jumlah yang besar.
Mengenai penyakit utama pada tanaman kakao itu terdiri dari penyakit busuk buah, dan penyakit jamur akar kakao. Pertama penyakit busuk buah dan kanker batang (Phytophtora palmivora) dapat menginfeksi buah dari muda sampai dewasa, tetapi lebih dominan pada yang dewasa, serta menginfeksi batang tanaman.
Adapun cara teknik pengendaliannya dilakukan dengan melakukan sanitasi buah-buah terserang, setiap panen ataupun pada saat melakukan pemangksasan, membuang buah terserang dengan tenaga khusus, terutama pada saat musim hujan, batang yang terinfeksi dikupas kulitnya sampai pada batas yang sehat, semua buah, ranting dan cabang yang terinfeksi dikumpulkan dan dibenam 30 cm kedalam tanah, menjaga iklim mikro tanaman kakao tidak lembab pada saat disemprot akan tetapi melakukan pemangkasan yang benar. Dan yang terakhir dilakukan dengan penyemprotan dengan fungisida yang berbahan aktif tembaga (Cu) dengan konsentrasi 0,3% pada buah yang sehat berumur 3 bulan.
Kedua, penyakit jamur akar kakao (Fomes noxius) gejalanya permukaan tanah basah karena adanya hifa jamur yang berlendir dan berwarna cokelat.Jadi, tanaman yang terinfeksi daunnya akan kelihatan menguning, layu, gugur dan tanaman akan mati. Adapun teknik pengendaliannya dengan membongkar tanaman yang mati beserta akar-akrnya,pada bekas bongkaran diberi belerang sebanyak 600 gr, atau memberikan Urea 2 kg per lobang,parit isolasi sedalam 80 cm pada daerah satu baris diluar tanaman mati berfungsi sebagai pencegahan, dan tanaman disekitar tanaman mati yang terserang ringan dapat dibersihkan akarnya dan dioleskan dengan Fomac 2 dan lain-lain.
B. Aspek penyuluhan pertanian
Menurut undang – undang Nomor 16 tahun 2006, tentang SPK, penyuluhan merupakan proses pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya unutk meningkatkan produktifitas, efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
1. Sikap
Sikap adalah derajat efefek positif atau effek negative seseorang terhadap suatu objek ( Saifuddin, 1995). Dalam mempelajari sesesuatu seseorang mengalami proses penerapan ( adopsi) yang merupakan proses mental yang dapat di lalui dalam 5 ( lima) tahapan yaitu :
a. Tahap sadar, dimana seseorang menyadari adanya ide atau teknologi baru dan merasa tergugah untuk mempelajarinya. Selanjutnya dia mencoba mengembangkan ingatan atau pengetahuan tentang ide teknologi baru tersebut.
b. Tahap minat, dimana seseorang yang telah terggugah untuk mempelajari tentang idea tau teknologi baru, selanjutnya tambah minatnya yaitu bertanya kesana kemari atau mengajukan respon mengumpulkan keterangan – keterangan lebih lanjut dalam rangka pengertian.
c. Tahap menilai, dimana seseorang yang telah tumbuh minatnya, lalu betanya kepada dirinya sendiri melakukan penilaian secara objektif tentang untung atau ruginya kalau di terapkan ide dan teknologi baru yang di pelajarinya. Penilaian tersebut di lakukan bedasarkan pengertian-pengetrian yang di peroleh dari tahap berikutnya.
d. Tahap mencoba, dimana seseorang yang telah berhasil mencapai tahap menilai dan pengumpulan bahwa idea tau teknologi baru yang di pelajari ternyata menguntungkan, maka akan mencoba menerapkannya idea tau teknologi tersebut dalam skala kecil sehingga timbul keyakinannya karena telah mengalami sendiri.
e. Tahap penerapan, diman seseorang yang telah yakin akan menerapkan ide dan teknologi baru yang di pelajari dalam praktek nyata atau dalam usaha sebenarnya.
Penyuluhan pertanian berperan sebagai penyebar ilmu dan teknologi baru sedemikian rupa sehingga petani yang menjadi sasaran dapat mengerti, merupakan teknologi yang telah diusululkan.
2. Pengetahuan
Dalam akselerasi pengembangan pertanian, pengembangan pertanian mempunyai arti penting, karena pengetahuan petani tinggi maka penerapan teknologi tersebut akan lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil yang memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas, demikian pula kaitannya dengan pengendalian hama, pemupukan, pemangkasan, pemanenan dan pasca penen, kondisi tersebut akan di terapkan secara baik dan benar oleh petani.
3. Keterampilan
Penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan lingkungannya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga mengikatkan pendapatan dan kesejahteraan dapta di capai ( Anonimus, 2002).
Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya meningkatkan produktifitas, efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian pungsi lingkungn hidup (Anonimus, 2007 )
Selanjutnya ( Van Den Ban dan Hawkins, 1999 ), mendefinisikan penyuluhan sebagai suatu proses yaitu :
a. Membantu para petani menganalisa situasi yang sedang di hadapi dan dan melakukan perkiraan kedepan.
b. Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari hasil analisa tersebut.
c. Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka bedarkan pengetahuan yang di miliki petani.
d. Membuat petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang di hadapi serta akibat yang di timbulkannya sehingga mempunyai beberapa alternatife pemecahan.
e. Membuat petani memutuskan pilihan yang yang tepat menurut pendapat mereka secara optimal.
f. Menigkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya.
g. Membantu petani mengevaluasi serta meningkatkan ketrampilan mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil tindakan.
4. Azas, Tujuan dan Fungsi Penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian di laksanakan bedasarkan demokrasi, mamfaat, kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan, berkeadilan, pemerataan dan bertanggung jawab ( Anonimus, 2006)
Tujuan pengaturan system penyuluhan meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial (Anonimus, 2006) yaitu :
a. Memperkuat pengembangan pertanian serta kekuatan yang maju dan modern dalam system pengembangan yang berkelanjutan.
b. Memperdayakan pelaku utama daan pelaku usaha dalam penigkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembagan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi.
c. Memberikan kepastian hokum bagi terselenggaranya penyluhan yang produktif, efesien, terdesentralisasi, partisipatif terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesejahtraan gender, berwawasan luas kedepan, berwawasan lingkungan dan bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan.
d. Memberikan perlindungan, keadilan dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha unuuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan.
e. Mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Tujuan pertama dalam penyuluhan ini dalah untuk membantu masyarakat di tingkat pedesaan yang tidak medapatkan kesempatan mengikuti pendidikan formal dalam memecahkan maslah yang di hadapinya, selanjutnya arti penyuluhan mengalami perubahan paradigma dari setiap decade dimana hal ini di pengaruhi oleh perkembangan dari manusia yang dinamis. Fungsi penyuluhan ( Anonimus, 2006 ) meliputi :
a. Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha.
b. Mengupanyakan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya.
c. Menungkatkan kemampuan ketrampilan, manejerial dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha.
d. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh kembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola usaha yang baik dan berkelanjutan.
e. Membantu menganalisa dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang di hadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha.
f. Menumbuh kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkunagan.
g. Mengambangkan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama dan pelaku usaha.
C. Orientasi Desa
Langkah awal yang penulis lakukan dalam melaksanakan kegiatan mahasiswa Alih Jenjang di desa Perkebunan pulo Tiga adalah orientasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan dan permasalahan-permasalahan, terutama yang sedang dihadapi oleh para petani, tujuannya agar penulis dapat menyusun rencana kegiatan yang sesuai dan merupakan alternative pemecahan masala-masalah tersebut. Kegiatan ini penulis lakukan pada minggu pertama pelaksanaan KIPA untuk memperoleh gamabran desa yang meliputi keadaan fisik, perekonomian, dan keadaan sosial masyarakat serta data-data pendukung lainnya, penulis mengadakan temu ramah dan konsultasi langsung dengan berbagai pihak terkait pihak tersebut antara lain; Kepala Desa Perkebunan Pulo Tiga dan perangkatnya koordinator balai penyuluhan BPP3K Pulo Tiga, Penyuluh Pertanian lapangan, kontak tani dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
Dari berbagai informasi yang diperoleh, dapat penulis uraikan sebagai berikut :
1. Keadaan Fisik Desa
Desa Perkebunan Pulo Tiga termasuk kedalam wilayah kecamatan Tamiang Hulu kabupaten Aceh Tamiang mempunyai luas seluruhnya 321, 05 hektar. Jarak desa dengan kota 16 kilometer dengan kota kabupaten 21 kilometer dan dengan kota provinsi ± 520 kilometer, kondisi geografis desa ini terletak pada ketinggian 35 meter diatas permukaan laut suhu rata-rata 270 celcius dan curah hujan 2.132 melimeter pertahun.
Jumlah penduduk desa perkebunan Pulo Tiga 2.605 jiwa yang terdiri dari 2.691 jiwa laki dan 3.684 jiwa perempuan, tergabung dalam 965 kepala keluarga letak desa Perkebunan Pulo Tiga berbatas antara lain sebelah utara berbatas dengan Kec Tanghulu, sebelah selatan berbatas dengan Kec. Kejuruan Muda Sebelah timur berbatas dengan Kec. Kejuruan Muda Dan sebelah barat berbatas dengan Kec. Bandar Pusaka untuk lebih lanjutnya, batas-batas desa dapat dilihat pada desa lampiran ke 2 (dua) dari keseluruhan luas wilayah desa Perkebunan Pulo Tiga yaitu 963,0,5, berdasarkan data potensi desa, sebagian besar lahannya telah digunakan untuk pertanian antara lain perkebunan rakyat 383 hektar atau hampir mencapai 47 %, sawah sederhana / tadah hujan 96,38 hektar atau lebih dari 11 % dan pertanian lahan kering 62 hektar atau lebih kurang 5,5 % selain untuk pertanian, penggunaan lahan yang juga relatif besar adalah untuk lahan lainnya yaitu rumah sekolah, pesantren, jalan desa, dan rumah sakit desa lain dan sebaginya. Penggunaan lahan secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1: Penggunaan Lahan Tanah di Wilayah Desa Perkebunan Pulo Tiga kecamatan Tamiang Hulu Kabupaten Aceh Tamiang.
No | Jenis penggunaan tanah / lahan | Luas (Ha) | Persentase (%) |
1. | Tanah Perkebunan rakyat | 393,00 | 46,56 |
2. | Tanah sawah | 96,28 | 6,27 |
3. | Tanah ladang tegalan | 52,00 | 6,27 |
4. | Tanah perumahan / pekarangan | 85,50 | 10,13 |
5. | Tanah perkantoran | 0,50 | 0,07 |
6. | Tanah Waqaf | 2,50 | 0,30 |
7. | Tanah lain-lain | 2,16,31 | 30,40 |
Jumlah Total | 717,4431 | 100,00 |
Sumber : Desa Perkebunan Pulo Tiga tahun 2010.
Desa Perkebunan Pulo Tiga telah memiliki sarana dan prasarana jalan yang memadai. Jalan penghubung dengan desa sekitarnya telah diaspal, kecuali jalan-jalan penghubung antar dusun sebagian besar masih dalam tahap pengerasan. Sarana pendukung yang antara lain satu buah balai desa, sarana kesehatan satu buah puskesmas pembantu dan satu buah rumah bersalin sarana pendidikan satu buah sekolah dasar negeri dan satu buah sekolah landasan tingkat pertama negeri serta satu buah pesantren yang juga mengadakan pendidikan tingkat ibtidayyah dan tsanawiyah, sarana peribadatan satu buah mesjid ditambah satu buah langgar serta sarana perekonomian satu buah. Dapat dilihat pada lampiran 1.
Lampiran 1: Rencana Kerja dan Jadwal Kegiatan Karya ILmiah Penugasan Akhir (KIPA) di Desa Perkebunan Pulo Tiga Kecamatan Tamiang Hulu kabupaten Aceh Tamiang.
No | Jenis Kegiatan | Tujuan | Waktu |
1 | Melapor di kantor kecamatan Taming Hulu | Agar pihak camat mengetahui kehadiran mahasiswa ahli jenjang | 29 November 2010 |
2 | Melapor di kantor desa perkebunan Pulo Tiga | Agar kepala desa dan aparat desa mengetahui keberadaan kehadiran mahasiswa STPP Medan | 01 Desember 2010 |
3 | Perkenalan, koordinasi di BPP Pulo Tiga | Agar pihak BPP dapat membantu dalam kelancaran pelaksanan mahasiswa ahli jenjang STPP Medan dalam rangka kegiatan KIPA | 03 Desember 2010 |
4 | Pertemuan, perkenalan dengan masyarkat desa perkebuna Pulo Tiga | Agar masyarakat/petani mengetahui kehadiran mahasiswa yang mengikuti kegiatan Praktek KIPA | 13 Desember 2010 |
5 | Pengenalan wilayah desa perkebunan Pulo Tiga oleh mahasiswa ahli jenjang dalam kegiatan KIPA | agar mahasiswa mengetahui potensi desa | 15 Desember 2010 |
6 | Idntifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh petani | Agar mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah | 06 Desember 2010 |
7 | Menghadiri pertemuan di BPP Pulo Tiga | Agar mahasiswa mengetahui program sector perkebunan dan pertanian lainnya | 08 Desember 2010 |
8 | Menghadiri pertemuan posko di kecamatan | Agar mahasiswa mengetahui cara pemecahan masalah | 09 Desember 2010 |
9 | Menentukan prioritas masalah dan mencari pemecahan nya | Agar mahasiswa dapat menentukan materi penyuluhan | 10 Desember 2010 |
10 | Mengadakan konsultasi dengan kepala coordinator BPP Pulo Tiga | Agar mahasiswa mendapat bimbingan dan arahan dalam menentukan materi penyulahan | 13 Desember 2010 |
11 | Mendata kepemilikan, luas lahan perkebunan rakyat | Persiapan dalam rangka pembentukan kelompok tani | 20 Desember 2010 |
12 | Mempersiapkan alat bantu penyuluhan | Untuk dapat digunakan dalam penyajian matri penyuluhan | 22 Desember 2010 |
13 | Konsultasi dengan dosen pembimbing | Untuk mendapatkan bimbingan dan arahan dalam pelaksaan kegiatan KIPA | 23 Desember 2010 |
14 | Mengadakan penyulauhan dan pembinaan kelompok tani | Penumbuhan dan pembinaan kelompok tani | 27 Desember 2010 |
15 | Perbaikan papan nama disebabkan, pada kelompok tani | Memenuhi kelengkapan pada saran kelompok tani | 28 Desember 2010 |
16 | Menyelesaikan hal-hal yang dibutuhkan dalam penulisan laporan | Agar tidak terjadi kekurangan penulisan | 29 Desember 2010 |
17 | Mengadakan pertemuan terakhir dan perpisahan | Agar tidak ada lagi hal yang merasa kurang | 30 Desember 2010 |
18 | Melapor di Kantor Camat Pulo Tiga | Melaporkan hasil mahasiswa STPP Medan dalam kegaiatn KIPA kepada pihak Camat dan pihak Dinas terkait Pertanian, Perkebunan dan Kantor Badan lainya serta mohon pamit | 15 Januari 2011
|
D. Pembinaan Kelompok Tani
1. Penyusunan rencana kegiatan penyuluhan pertanian berdasarkan keadaan yang ada dilapangan serta permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi para petani didesa perkebunan BPP Pulo Tiga Kecamatan Tamiang Hulu khususnya anggota kelompok tani dan untuk lebih terarahnya penulis dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian selama berlangsungnya kegiatan KIPA, maka penulis membuat suatu rencana kegiatan penyuluhan pertanian. Rencana kegiatan ini di buat atas kesepakatan penulis ketua kelompok tani dan di ketahui oleh kepala desa.
Dari hasil musyawarah di sepakati untuk diadakan pertemuan kelompok tani sebanyak empat kali pertemuan dengan metoda ceramah dan diskusi serta demontrasi cara. Jadwal pertemuan kelompok tani yaitu pada tanggal 01 desember 2010 dalam pembinaan kelompok tani penulis melaksanakan beberapa kegiatan yaitu penyusunan rencana kegiatan penyuluhan pertanian dan kegiatan pengabdian masyarakat pada tanggal 06 desember 2010, 08 desember 2010 dengan metoda ceramah dan diskusi dan tanggal 09 desember 2010 dengan metoda demontrasi cara (Demca)
Pertemuan kelompok tani diadakan diruangan pertemuan kepala desa, waktu pertemuan setiap tanggal yang ditetapkan mulai pukul 20.00 Wib sampai dengan selesai demontrasi cara diadakan di kebun saudara ketua kelompok tani mulai pukul 16.00 Wib sampai dengan selesai.
Dari hasil musyawarah, juga disepakati materi penyuluhan pertanian yang mengacu pada permasalahan yang sedang dihadapi para petani dengan tujuan pembinaan petani melalui wadah kelompok tani tentang pengendalian hama pengisap buah kakao. Daftar rencana kegiatan penyuluhan pertanian penulis masukkan ke dalam rencana kerja KIPA seperti dapat dilihat pada lampiran 2.
2. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Pembinaan kelompok tani-nelayan merupakan upaya dalam rangka meningkatakan atau mengembangkan kemampuan anggota kelompok tani-nelayan dalam melaksanakan sesuai dengan fungsinya sehingga mereka dapat bekerja lebih produktif dan mandiri. Pada akhirnya diharapkan mereka dapat menolong dirinya sendiri untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.
Dalam melaksanakan pembinaan pada kelompok tani-nelayan penulis mengharapkan pada peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap para petani selaku sumber daya pembangunan pertanian. Mereka diarahkan agar mampu menjadi sumber daya yang handal di bidangnya dalam arti dapat berpikir rasional dan berorientasi masa depan.
Pembinaan kelompok tani-nelayan melalui penyuluhan pertanian penulis melaksanakan dalam dua metoda pendekatan yaitu metoda pendekatan perorangan dan metoda pendekatan kelompok. Pendekatan melalui metoda pendekatan perorangan, penulis melakukan kunjungan langsung ke lahan-lahan usaha tani sebanyak empat kali kunjungan. Kunjungan-kunjungan ini di maksudkan sebagai upaya mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani dengan melihat langsung keadaan kebun yang sebenarnya, disamping sekaligus memberikan penyuluhan tentang upaya mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
Kunjungan pertama penulis lakukan pada kebun ketua kelompok tani hari selasa tanggal 14 desember 2010 mulai pukul 10.00 -12.00Wib. Pada kunjungan ini bapak ketua kelompok juga mengajak serta bebrapa orang petani lainnya diantaranya bapak kepala desa bapak ketua kelompok tani menyampaikan keluhan tentang tanaman kakaonya dimana banyak buah yang tidak jadi, buah kako yang masih berukuran kecil menjadi kering dan mati sehingga hasil panen menurun. Hal serupa juga dikemukakan bapak ketua kelompok tani dan kepala desa mereka tidak apa penyebabnya dan menanyakan bagaimana mengatasi keadaan ini. Berdasarkan permasalahan yang disampaikan, pada kesempatan ini penulis menyampaikan materi penyuluhan pertanian tentang hama dan penyakit tanaman serta upaya pengendaliannya. Secara garis besar penulis menerangkan bahwa buah kakao yang dan kering sewaktu buah masih dalam ukuran kecil dapat disebabkan oleh beberap faktor diantaranya adalah adanya serangan hama pengisap buah oleh serangga Helopeltis Sp, penyakit busuk buah yang disebabkan oleh cendawan Phytophtora palmivora atau memang terjadi secara fisiologis yang penyebab dan cara pengendaliaanya sangat sulit dipastikan.
III. METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Karya Ilmiah Penugasan Akhir dilaksanakan dari tanggal 29 Nopember 2010 sampai tanggal 21 Januari 2011 Karya Ilmiah Penugasan Akhir (KIPA) dilaksanaakan di desa Perkebunan Pulo Tiga tersebut termasuk wilayah (WKPP ),IV Tamiang Hulu, Kecamatan Tamiang Hulu Kabupaten Aceh Tamiang, Propinsi Aceh
B. Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan dalam melaksanakan kegiatan pengendalian hama Helopeltis Sp adalah :
1. Hands Spayer
2. Insektisida
3. Pestisida
4. Sarung tangan
5. Masker
6. Sepatu Boot
C. Rancangan penyuluhan pertania
Rancangan penyuluhan merupakan suatu bentuk rangkaian kegiatan yang dipilih dalam proses pelaksanaan penyuluhan kepada petani sasaran yang didasarkan pada potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki sasaran. Rancangan penyuluhan disusun untuk menyampaikan materi dalam kegiatan penyuluhan kepada sasaran.
Rancangan penyuluhan tehnik pengendalian hama pengisap buah kakao dalam rangka meningkatkan pendapatan petani kakao di Kecamatan Tamiang Hulu sesuai dengan program kegiatan Peningkatan Ekonomi Kakao Aceh (PEKA) meliputi :
1. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan suatu konsep ke seluruh kegiatan proses penyuluhan yang dilakukan di lokasi pelaksanaan KIPA, sekaligus merupakan bentuk perkiraan dan dengan (hipotesa) keberhasilan proses penyuluhan. Pembuatan kerangka pikir bertujuan mengetahui keefektifan rancanga penyuluhan dan parameter keberhasilan yang ingin dicapai.
Di dalam kerangka pikir terdapat tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan penyuluhan, metode yang digunakan dalam menyampaikan materi ataupun media yang digunakan dalam proses penyuluhan permasalahan sasaran dari kegiatan penyuluhan
Kerangka pikir tentang rancangan penyuluhan tehnik pengendalian hama pengisap buah kakao dalam rangka peningkatan mutu biji kakao sehingga dapat meningkatkan harga dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani kakao di Kecamatan Tamiang Hulu yang disajikan pada gambar kerangka pikir dalam laporan ini.
Kerangka Pikir Rancangan Penyuluhan Rancangan penyuluhan tehnik pengendalian hama pengisap buah kakao ( Helopeltis SP) |
Keadaan saat ini Petani masih rendah pengetahuan dalam penangani hama penyakit kakao Rendahnya minat petani untuk pemberantasan hama Helopeltis SP |
Tujuan Meningkatkan PKS petani untuk memberantas hama pengisap buah kakao Agar kelompok membentuk tim PHT |
Masalah 1. Rendahnya minat petani untuk pemberantasan hama Helopeltis SP 2. Kelompok tani belum bersatu. |
Sasaran Petani Kakao di Kecamatan Tamiang Hulu |
Metode Ceramah, Diskusi, Demontrasi cara |
Evaluasi Terbentuknya kelompok PHT di desa Perkebunan Pulo Tiga |
2. Penentuan Sasaran
Penentuan sasaran dari rancangan penyuluhan tehnik pengendalian hama pengisap buah kakao dalam Rancangan penyuluhan tehnik pengendalian hama pengisap buah kakao (Helopeltis Sp) guna untuk mendapatkan harga yang layak sesuai dengan harga pasar dalam negeri maupun harga ekspor. Di Kecamatan Tamiang Hulu disesuaikan dengan sampel yang telah ditentukan yaitu memakai Rumus Yamane (1979).
Sasaran kegiatan rancangan penyuluhan tehnik pengendalian hama pengisap buah kakao dalam meningkatkan mutu biji kakao di Kecamatan Tamiang Hulu ditentukan berdasarkan :
Ø Jenis komoditi yang diusahakan.
Penentuan sasaran berdasarkan jenis komoditi dilakukan untuk menyesuaikan komoditi yang diusahakan petani dengan materi rancangan penyuluhan yang akan disampaikan kepada petani kakao.
Ø Tingkat umur.
Penentuan sasaran berdasarkan umur produktifitas sasaran yaitu 20 – 50 tahun yang termasuk ke dalam golongan pengetrap dini/ awal yang menjadi teladan di daerah dan sangat berpengaruh di tengah-tengah masyarakat sekitar. Golongan ini terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat, seandainya golongan ini telah menerapkan teknologi baru, maka akan memudahkan teknologi kepada masyarakat di sekitarnya.
Ø Pengalaman berusaha tani.
Lamanya pengalaman sasaran dalam berusaha tani merupakan sumber daya yang sangat berguna bagi kesiapan untuk belajar lebih lanjut. Semakin lama pengalaman sasaran dalam berusaha tani akan memudahkan penyampaian dan penerapan informasi.
Ø Tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan sasaran juga akan sangat menentukan dalam pemahaman materi yang disampaikan, keterampilan berkomunikasi dengan penyuluh dan sikapnya dengan metode yang ditetapkan.
3. Pemilihan Materi Penyuluhan
Materi yang akan disampaikan pada sasaran dalam rancangan penyuluhan tehnik pengendalian hama pengisap buah kakao dalam peningkatan mutu hasil di Kecamatan Tamiang Hulu, ini disesuaikan dengan kebutuhan petani kakao, yaitu :
Ø Tehnik menentukan buah matang sempurna
Ø Tehnik pengendalian hama buah pada kakao
Ø Tehnik pengobatan
Ø Tehnik perawatan buah kakao
4. Pemilihan Metode dan Tehnik Penyuluhan
Metode yang akan digunakan dalam rancangan penyuluhan penerapan teknologi perbaikan pengolahan biji kakao dalam rangka meningkatkan mutu biji kKo di kecamatan Tamiang Hulu adalah ceramah, diskusi dan demontrasi cara.
a. Metode ceramah
Memakai metode ceramah informasi – informasi yang di sampaikan lebih lengkap dan cepat dengan penjelasan yang lebih baik dan mendalam, metode ini di pakai oleh penyuluh , kontak tani – nelayan andalan dan tokoh masyarakat. Metode ceramah mempunyai kelemahan cendrung menjelaskan apabila materi yang di sampaikan kurang menarik dan tampa alat peraga. Untuk menghindari kejenuhan petani dalam mengikuti kegiatan penyampaian materi maka di lakukan diskusi dan Tanya jawab dengan petani untuk membahas materi yang telah di sampaikan penyuluh. Penyuluh berperan sebagai teman bagi petani dalam memecahkan masalah yang di hadapi.
b. Metode demontrasi cara
Meteri yang akan di sampaikan dapat di pahami dengan baik oleh sasaran maka setelah ceramah, di lanjutkan dengan demontrasi cara, penentuan buah matang sempurna, pengendalian hama buah pada kakao, teknik pengendalian hama buah pada kakao, karena demontrasi cara dapat menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu secara bertahap. Dengan menetapkan metode ini di harapkan sasaran berperan aktif dalam proses penyuluhan.
5. Media Penyuluhan
Menentukan media penyuluhan di sesuaikan pada karakteristik dan kebutuhan sasaran, sehingga informasi yang di sampaikan dapat di terima dengan baik oleh sasaran. Media yang di gunakan dalam penyampaian materi penyuluhan pertanian Rancangan penyuluhan tehnik pengendalian hama pengisap buah kakao ( Helopeltis Sp) adalah petlap, yang di lengkapi denagn LPM dan folder yang berisi langkah – langkah, tata cara perlakuan pemanenan dan pasca panen yang benar serta alat – alat yang di gunakan. Media yang di gunakan ini di bagi sebelum kegiatan penyuluhan di mulai /dilakukan sehingga petani medah menyerap materi yang di sampaikan tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Materi / Masalah
Kecamatan Tamiang Hulu adalah salah satu wilayah dari kabupaten Aceh Tamiang. Secara administrasi wilayah kerja Penyuluh Pertanian (BPP), orientasi desa sangat perlu di lakukan guna mengetahui keadaan yang sebenarnya dalam berbagai hal di antaranya keaaan fisik desa, perekonomian desa dan sosial masyarakat desa. Pelaksanaan kegiatan orientasi desa di maksudkan sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun dan menyelenggarakan kegiatan penyuluhan pertanian sebagaimana tujuan yang ingin di capai.
Wiriaatmadja (1986), mengatakan bahwa kegiatan pengenalan wilayah kerja penyukuhan merupakan hal yang pokok yang harus di perhatikan meliputi keadaan tanaman , ekonomi masyarakat, adat istiadat dan topografinya, guna sebagai dasar pertimbangan dalam mencapai tujuan. Selanjutnya di katakan pula bahwa dengan mengenai keadaan atau mengenai suatu desa, penyuluh pertanian dapat mempersiapkan dirinya sebagai komonikator yang baik kepada petani. Selanjutnya Suhardiyono (1990), mengatakan bahwa keadaan wilayah kerja yang di perlukan terdiri dari lingkungan fisik berupa gambaran topografi wilayah, produk tanaman serta distribusi produk tata guna tanah serta data struktur sosialnya sehingga lebih mudah dalam menyusun dan menyelenggarakan sesuatu kegiatan penyuluhan pertanian.
B. Analisis Sasaran
Sasaran dari rancangan penyuluhan adalah petani responden yang diperoleh dari satu kampung yang dijadikan satu sampel dari tiga kampung tersebut antara lain kampung Perkebunan Pulo Tiga, kemudian dapat dilihat karakteristik individu sosialnya. Karakteristik individu yang dimiliki oleh setiap responden diantaranya adalah jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga (KK) tani, tingkat pendidikan, umur, kepemilikan lahan. Sedangkan karakteristik sosialnya menggambarkan sikap responden itu sendiri.
1. Karakter individu
a. Jumlah penduduk dan jumlah Kepala Kelurga (KK) tani jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga tani di desa Perkebunan Pulo Tiga penyusunan rencana kegiatan penyuluhan pertanian sebelum kegiatan penyuluhan pertanian di laksanakan terlebih dahulu di buat suatu rencana, di mana di dalamnya disebutkan atau ditentukan materi yang akan disampaikan, tempat pelaksanaan pertemuan, waktu pelaksanaan pertemuan dan sebagainya. Rencana kegiatan ini disusun berdasarkan identifikasi masalah dan merupakan hasil musyawarah antara penulis dengan ketua kelompok tani dan kepala desa agar rencana kegiatan ini sesuai dengan yang di butuhkan para petani dan dalam pelaksanaannya mereka mau dan mampu untuk berpartisipasi secara aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat gultom (1993) yang mengatakan bahwa perencanaan kerja sebaiknya disusun bersama penyuluh dengan penduduk setempat dalam memberikan masukan (input) yang langsung mengkait dengan kebutuhan, kepentingan petani.
2. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, penulis melakukan dalam dua cara pendekatan yaitu pendekatan secara perorangan dan pendekatan secara kelompok. Penggunaan kedua cara pendekatan ini di dasarkan pada tingkat efektifitas dari masing-masing cara tersebut. Menurut Kartasapoetra (1987), bahwa penyuluhan yang di gunakan pendekatan perorangan sangat efektif, karena petani dapat secara langsung memecahkan apa yang menjadi masalahnya dengan bimbingan khusus. Selanjutnya Gultom (1993), mengatakan bahwa pendekatan dengan perorangan, efektifitas penyerapan informasi sangat tinggi di sebabkan antar penyuluh dengan sasaran terjalin hubungan kekeluargaan dan umpan balik dapat di peroleh dengan lengkap.
Kartasapoetra (1987), juga mengatakan bahwa pendekatan kelompok lebih berdaya guna dan berhasil guna serta lebih efesien dalam pelaksanaannya. Hal ini juga didukung oleh Gultom (1993), yang menyatakan bahwa pendekatan kelompok tingkat efektifitas komunikasi serta efesiensi ekonomi cukup tinggi dan umpan balik segera diperoleh, perubahan sikap sasaran relatife tepat pula terjadi.
Kegiatan yang penulis lakukan dalam proses Penyuluhan Pertanian dalam rangka pembinaan kelompok tani selama kegiatan KIPA dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Persiapan
Persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum melakukan kegiatan pertemuan petani merupakan salah satu faktor yang sangat penting, hal ini dalam proses penyampaian materi penyuluhan kepada para petani dapat berjalan lancar terarah dan sistematis. Mulyadi (1994), mengatakan bahwa setiap melakukan penyuluhan pertanian kepada para petani, penyuluh harus mempersiapkan materi, metoda dan alat bantu yang sudah mencakup dalam lembaran persiapan menyuluh dan lembaran petunjuk kerja agar dalam melakukan kegiatan dapat berjalan secara sistematis.
b. Materi Penyuluhan Pertanian
Pemilihan dan penentuan materi yang akan disuluhkan pada setiap pelaksanaan acara pertemuan petani, penulis dasarkan dari permasalahan dan kondisi lapangan dan merupakan alternative pemecahan permasalahan tersebut. Hal ini agar para petani dapat memperoleh suatu keuntungan dari pelaksanaan pertemuan dimaksud. Sebagaimana Mardiati (1993), mengatakan bahwa materi penyuluhan pertanian harus disesuaikan dengan kebutuhan petani pada saat itu. Selanjutnya Gultom (1993), mengatakan pula bahwa materi penyuluhan pertanian turut menentukan keberhasilan suatu penyuluhan petanian, antara lain materi yang disuluhkan memberikan keuntungan kepada petani.
c. Metoda Penyuluhan Pertanian
Metoda yang digunakan dalam menyampaikan materi penyuluhan pada acara pertemuan petani adalah metoda ceramah, diskusi, dan demontrasi cara (Demca). Penggunaan metoda ceramah dan diskusi penulis maksudkan agar petani tergugah hati untuk dapat menerima pesan-pesan yang terkandung dalam materi yang disampaikan dalam upaya meningkatkan pengetahuan, dengan kata lain dari tidak tahu menjadi tahu. Hal ini sesuai dengan pendapat Margono (1982), yang mengatakan bahwa dengan metoda ceramah hanya untuk menggugah hati petani proses adopsi yang disebut tahap dasar.
Penggunaan metoda demontrasi cara penulis maksudkan agar petani dapat melihat dan bahkan mempraktekkan secara langsung suatu teknologi dari materi yang disampaikan. Wiriaatmadja (1986), mengatakan bahwa demontrasi cara dapat meningkatkan keterampilan, merangsang kegiatan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Selanjutnya juga didukung oleh Gultom (1993) yang mengatakan bahwa apabila informasi itu dapat didengar, dilihat dan dirasakan maka penyampaian informasi tersebut lebih besar manfaanya.
d. Tempat pertemuan
Tempat pertemuan petani ditentukan berdasarkan kesepakatan antara petani dan penulis, dengan pertimbangan bahwa tempat tersebut mudah dijangkau karena letaknya ditengah-tengah desa, disamping sarana pendukung yang tersedia ditempat tersebut cukup memadai. Tempat pertemuan turut menentukan jumlah kehadiran petani dan pada dasarnya pertemuan boleh dilaksanakan dimana saja asalkan para petani menyesetujuinya. Sebagimana dikatakan Kartasapoetra (1987), bahwa penyuluhan dapat dilakukan dimana saja asalkan tempat tersebut disetujui oleh petani. Selanjutnya Gultom (1993), mengatakan bahwa tempat penyelenggaraan penyuluhan pertanian diadakan sesuai dengan kondisi setempat.
e. Waktu dan lamanya pertemuan
Penetapan waktu pertemuan, yaitu pada malam hari, didasarkan dari kesempatan yang ada pada petani, mengingat di desa Perkebunan mempunyai jumlah penduduk sebanyak 2.605 jiwa yang terdiri dari 1.210 jiwa Laki-laki dan 1.305 jiwa wanita. tingkat pendidikan dari penduduk desa ini dapat dikatakan baik,karena desa tidak mempunyai warga yang buta aksar. Keadaan penduduk berdasarkan pendidikan disajikan tabel 1.
Tabel 1: Keadaan Penduduk berdasarkan pendidikan
No | Pendidikan | Jumlah(orang) | Persentase % |
1. | Belum sekolah | 301 | 11,5 |
2. | Usia 7-45 tahun yang tidak pernah sekolah | 65 | 2,5 |
3. | Tidak tamat SD | 175 | 6,5 |
4. | SD / sederajat | 641 | 24,5 |
5. | SLTP /sederajat | 850 | 32,5 |
6. | SLTA /sederajat | 535 | 21 |
7. | D-I | 25 | 0,95 |
8. | D-II | 5 | 0,2 |
9. | D-III | 0 | 0 |
10. | S-I | 8 | 0,35 |
| Total | 2.605 | 100 |
Sumber: Profil desa Perkebunan 2010.
Berdasarkan data pada tabel 1 terlihat bahwa pendidikan penduduk didesa perkebunan baik angka pendidikan yang baik ini sangat berpengaruh pada media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan, yaitu folder, media folder sesuai untuk digunakan dalam kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan karena masyarakat desa tidak ada yang buta aksara. Selain itu, folder juga dapat digunakan sebagai bahan bacaan apabila petani lupa.
Selain ditinjau dari segi pendidikan, keadaan penduduk berdasarkan tingkat usia mayoritas masih tergolong usia produktif (20-50 Tahun). Keadaan ini juga berpengaruh baik terhadap media yang digunakan. Keadaan penduduk berdasarkan pendidikan disajikan pada tabel 2 berikut :
Tabel 2: Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia
No | Umur (Tahun) | Jumlah(orang) | Persentase % |
1. | 0-12 Bulan | 20 | 0,8 |
2. | 1-15 | 723 | 27,8 |
3. | 16-30 | 911 | 35,2 |
4. | 31-45 | 357 | 13,5 |
5. | 46-60 | 564 | 21,5 |
6. | > 60 | 30 | 1,2 |
| Total | 2.605 | 100 |
Sumber: Profil desa Perkebunan tahun 2010.
Masyarakat yang ada didesa Perkebunan Pulo Tiga Kecamatan tamiang Hulu Kabupaten Aceh Tamiang hanya terdiri dari dua suku yaitu : suku Jawa dan suku Aceh. Agama yang dianut seluruh masyarakat adalah Islam. Dari 2.605 orang penduduk, 2150 orang (82,5 %) adalah suku Jawa sedangkan suku Aceh berjumlah 455 orang(17,5%).
Keadaan penduduk yang mayoritas adalah suku Jawa, sangat berpengaruh terhadap metoda penyuluhan yang dipilih, yaitu Demontrasi cara (Demca), Anjang sana/ karya dan diskusi. Karakter suku Jawa yang pada umumnya lebih suka hal-hal yang nyata atau praktek langsung menjadikan metoda demontrasi cara dapat diterima dimasyarakat. Kebiasaan kumpul diwarung kopi pada hari libur atau pada saat tidak mempunyai kegiatan dan membahas suatu masalah menjadi para petani sudah terbiasa untuk melakukan kegiatan diskusi. Hal ini juga menjadi salah satu dasar metoda diskusi dapt diterima oleh petani.
Kondisi penduduk desa Perkebunan Pulo Tiga kecamatan Tamiang Hulu bila ditinjau berdasarkan pekerjaan, mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian disasjikan pada tabel 3 berikut:
Tabel 3: Keadaan Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No | Pekerjaan | Jumlah(orang) | Persentase % |
1. | Petani | 2.084 | 80 |
2. | Industri | 19 | 0,75 |
3. | PNS/TNI | 30 | 1,15 |
4. | Pedagang | 60 | 2,3 |
5. | Wiraswasta | 412 | 15,8 |
| Total | 2.605 | 100 |
Sumber: Profil desa Perkebunan tahun 2010.
Kondisi penduduk yang mayoritas adalah petani menjadikan pemilihan sasaran adalah masyarakat desa Perkebunan Pulo Tiga Kecamatan Tamiang Hulu kabupaten Aceh Tamiang. Maka dalam hal ini sangat potensial tetapi, desa ini juga merupakan desa dengan luas areal perkebunan Kakao terbesar dan angka serangan helopeltisSp tertinggi diseluruh kecamatan. Desa Perkebunan yang luas yaitu 32 Ha dan angka serangan hama helopeltis Sp menjadikan pemilihan materi dan sasaran dalam rancangan penyuluhan tentang pengendalian hama pengisap buah sesuai dan diterima masyarakat. Hal ini terlihat dengan pengujian materi yang disampaikan dan petani yang dijadikan sasaran dalam rancangan penyuluhan
C. Analisis Materi
Adapun pemilihan materi yang disampaikan berdasarkan atas permasalahan yang dihadapi oleh petani, yaitu terdapatnya penyakit penggerek buah pada tanaman perkebunan Kakao. Untuk itu dipilihlah materi penyuluhan mengenai pegendalian Helopeltis Sp.
Uji materi rancangan penyuluhan dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil pengujian menunjukkan bahwa petani setuju atau mau menerima materi apabila materi penyuluhan pengendalian hama Helopeltis Sp yaitu 75,04%. Materi pengendalian hama Helopeltis Sp yang disampaikan pada saat penyuluhan sangat erat hubungan dengan keadaaan sasaran (Petani) sehingga respon petani cukup baik. Materi yang disampaikan memenuhi kriteria yang sesuai dengan kebutuhan petani, mudah dimengerti, mudah dipahami, tidak bertentangan dengan social budaya dan mengacu kepada potensi yang tersedia pada daerah setempat terutama pada sasaran. Tingkat penerimaan materi dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4: Tingkat penerimaan materi yang disampaikan dalam penerapan pengendalian hama Helopeltis Sp
No | Jawaban | Skor | Jumlah (orang) | % |
1. | Sangat tidak setuju | 1-12 | - | - |
2. | Tidak setuju | 13-24 | 2 | 3,5 |
3. | Ragu-ragu | 25-36 | 14 | 24,6 |
4. | Setuju | 37-48 | 31 | 54,4 |
5. | Sangat setuju | 49-60 | 10 | 17,5 |
| Jumlah |
| 57 | 100 |
| Skor total |
| 2.605 |
| Skor Ideal |
| 1.121 |
| Persentase Tingkat Persetujuan |
| 1,504 |
Berdasarkan analisis diatas menunjukkan bahwa skor dari kuisioner terhadap materi didapat 77,5% dikatagorikan kuat, maka materi pada rancangan penyuluhan yang disampaikan dapat diterima petani responden.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa petani sasaran sangat membutuhkan materi tersebut dan rresponden juga masih berkeinginan untuk belajar dan berbagi pengalaman sebab belajar adalah suatu transformasi ilmu pengetahuan dan juga merupakan suatu proses pengembangan intelektual seseorang serta pengalaman yang sangat berpengaruh pada setiap tindakan yang dilakukan.
Rancangan penyuluhan tekhnik pengendalian hama pengisap buah kakao (Helopeltis Sp) disusun berdasarkan gambaran keadaan sekarang yang mana berdasarkan pengamatan dan kajian dilapangan bahwa petani dikecamatan tamiang Hulu masih belum mengetahui bagaimana pengendalian yang sebenarnya yang dianjurkan, kurangnya pengetahuan pengendalian, kurangnya modal. Dengan adanya penyuluhan penerapan pola tanam dengan menggunakan pola tehknik pengendalian diharapkan petani dapt memahami bagaimana melaksanakan pengaturan cara pengendalian dan keuntungan bila petani menerapkannya dapat dilihat hasil lebih banyak
Mardikanto (1993), menjelaskan bahwa materi penyuluhan perkebunan yang baik dan dapat diterima oleh sasaran haru memiliki sifat-sifat yaitu; 1) materi berisikan pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi sasaran, 2) materi menguntungkan secara nyata bagi sasaran, 3) materi yang disampaikan sederhana, mudah untuk dilaksanakan dan tidak menggunakan biaya yang mahal, dan 4) materi sesuai dengan kebutuhan sasaran dan tidak bertentangan dengan adat istiadat setempat.
D. Analisis Media,Metoda dan Tekhnik Penyuluhan
1. Analisis media
Media penyuluhan merupakan berfungsi untuk membantu memberikan kemudahan belajar bagi peserta dan kemudahan menyajikan bagi para penyaji dan membantu dan alat bantu, penyajian konsep/ tema yang abstrak dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit.
Media yang digunakan dalam rancangan penyuluhan adalah media folder. Sesuainya media folder dalam rancangan penyuluhan yang dibuat dibuktikan dengan hasil kuesioner tentang media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa setuju atau mau menerima apabila kegiatan penyuluhan menggunakan folder yaitu 85% atau masuk dalam skala yang sangat kuat. Data tentang hasil uji materi disajikan, pemilihan media folder dalam rancangan penyuluhan didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti biaya yang murah dalam pembuatan dan sebagai ole-oleh yang dapat dibawa pulang dan dibaca kembali dinilai waktu. Penggunaan folder sebagai media yang digunakan didesa Perkebunan ternyata dapat diterima masyarakat. Salah satu hal yang menyebabkan media ini dapat diterima adalah angka buta aksara yang tidak ada didesa tersebut.
1. Analisis Metoda dan Tekhnik Penyuluhan
Metode Penyuluhan yang digunakan dalam rancangan penyuluhan diterima oleh petani sasaran. Penerimaan atau setujunya petani dengan metoda yang digunakan dalam rancangan penyuluhan dapat dilihat dari hasil kuisioner. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa petani setuju atau menerima metoda yang digunakan dalam rancangan penyuluhan, yaitu 85% dan tergolong kedalam skala yang kuat (berada antara skala 60-87%).
3). Analisis Alat Ukur
Rancangan penyuluhan yang dianalisis meliputi materi, metoda dan media. Analisis rancangan penyuluhan ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari rancangan penyuluhan yang sedang disusun.
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah rancangan penyuluhan yang dibuat efektif atau tidak. Evaluasi yang dilakukan berhubungan cocok atau tidaknya materi yang diberikan, metode atau tekhnik yang dipilih atau media yang digunakan dengan kondisi sasaran yang ada.
Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan intrumen dalam melakukan fungsi ukuran untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam rancangan penyuluhan ini membuktikan person product moment (PPM) ( dalam Ridwan 2009) yang diaplikasikan dengan program computer Microsoft Excel, namun secara manual dapat menggunakan rumus:
rxy= n ∑XY- (∑X).(∑Y)
{n. ∑X2- (∑X)2}.{n.∑Y2-(∑Y)2}
Keterangan:
n = Jumlah sampel
X = Skor setiap item
Y = Skor total
(∑X)2= Kuadrat jumlah seluruh skor pada item
∑X2 = Jumlah hasil kuadrat skor pertama
∑Y = Jumlah skor kedua
(∑Y)2= Jumlah hasil kuadrat skor kedua
rxy = Korelasi.
Sedangkan uji relibilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran terhadap kelompok subjek yang sam diperoleh hasil yang relative sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Untuk mengetahui instrument tersebut reliable atau tidak yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilan r tabel kriterianya yaitu jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka instrumrn tersebut dinyatakan reliable. Person Product Moment (PPM) (dalam Ridwan 2009) dengan menggunkan rumus sebagai berikut:
r11 = K 1- ∑St2
K-1 St
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
K = Banyaknya butir soal
St2 = Jumlah varians skor
St = varian total.
Metoda-metoda penyuluhan yang digunakan dalam rancangan penyuluhan meliputi antara lain:
a). Metoda Pendekatan
Berdasarkan keadaan psikologi sosial sasaran, metoda pendekatan yang digunakan adalah Metode pendekatan perorangan dan metode pendekatan kelompok. Metode pendekatan perorangan biasanya sangat berguna dalam tahap mencoba hingga menerapkan, karena adanya hubungan tatap muka langsung antara penyuluh dengan sasaran yang lebih akrab. Metode pendekatan perorangan biasanya dilakukan apabila sasaran sudah hamper ketahap mencoba dan bersedi mencoba yang tentunya memerlukan bimbingan untuk menetapkan keputusan. Metode pendekatan perorangan yang digunakan dalam rancangan penyuluhan adalah anjangsana / karya.
Metode pendekatan kelompok dilakukan karena sasaran sudah tregabung dalam kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Metoda pendekatan massa yang digunakan dalam rancangan penyuluhan adalah demontrasi cara (Demca).
b). Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan pada pelaksanaan KIPA adalah:
Anjangsana/karya
Kunjungan rumah atau tempat usaha adalah suatu kunjungan terencana yang dilakukan oleh penyuluh kerumah/tempat usaha keluarga tani dengan suatu tujuan tertentu.
Tujuan dari kunjungan rumah/tempat usaha tani adalah untuk menyampaikan informasi dan atau melakukan bimbingan penerapan tekhnologi srta menjalin keakraban dan tumbunhka kepercayaannya keluarga tani trehadap penyuluh pertanian. Pemilihan metode kunjungan rumah/tempat usaha ini dilakukan berdasarka keadaan petani/sasaran dikecamatan Tamiang Hulu didesa Perkebunan yang banyak pegi keladang selama satu hari penuh. Maka oleh sebab itu dipilhlah alternatife metode penyuluhan.
Kunjungan rumah/usaha tani dalam mengumpulkan informasi yang lebih akurat.
Demontrasi
Demontrasi merupakan peragaan suatu teknologi (bahan, alat atau cara ) atau hasil penerapannya secara nyata yang dilakukan oleh demonstrator kepada sasarannya biasanya demonstrator berasal dari petani maju, petani pemandu atau kontak tani. Tekhnologi yang diperagakan harus sudah teruji baik dari segi mudahnya diterapkan, segi ekonomis menguntungkan serta dari segi sosial budaya dapat diterima masyarakat.
Dengan demikian, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi yakni adanya penyakit Helopeltis Sp pada tanaman kakao yang menyerang pada desa Perkebunan PuloTiga kecamatan Tamiang Hulu yang dikendalikan dengan cara semut hitam dan secara hayati dengan menggunakan semut merah pengendalian ini jelas-jelas teruji dan terbukti mampu menghambat dan memutuskan siklus pada tanaman kakao yang sebelumnya kelayakan tekhnologi tersebut telah dilakukan uji penelitian di beberapa PT. Perkebunan yang diusahakan.HelopeltisSp juga tidak memberikan pengaruh yang jelek terhadap lingkungan karena tidak memberikan residu yang beracun dan yang berbahaya seperti yang terdapat pada pestisida kimia, dengan kata lain Detein 45 SE yang juga berasal dari lingkungan itu sendiri (Syahnein.2004).
Penyebaran Folder
Penyebaran folder merupakan penyampaian informasi dalam bentuk media cetak yang dibagikan kepada masyarakat pada saat tertentu. Tujuannya adalah untuk mempublikasikan atau menyebar luaskan informasi mengenai pemanfaatan pengendalian hama Helopeltis Sp dalam pengendalikan penyakit tersebut menyerang pada tanaman kakao pada petani yang ada dikecamatan Tamiang Hulu.
Maka dalam hal ini disamping itu juga dengan adanya penyebaran folder tersebut akan dapat membantu petani (sasaran) untuk mengingat atau mengulang kembali materi yang disampaikan alasan mengapa dipilhnya folder karena kebanyakan petani dikecamatan Tamiang Hulu apabila mengikuti acara pertemuan bersama tidak ada yang membawa buku catatan untuk mendalami materi.
E. Penyuluhan
Pelaksanaan KIPA yang dilakukan selama dilapangan, mulai dari mengantar surat-surat kekantor kecamatan keuchiek gampoeng dan kantor BPP kegiatan KIPA dilapangan langsung dilaksanakan sehingga jangka waktu yang telah ditentuakan oleh panitia. Materi yang dibawakan sebagai judul Rancangan Penyuluhan meliputi Pengertian tentang Pengendalian Hama Helopelti Sp. Dalam pelaksanaan penyampaian materi, disesuaikan dengan kondisi tanaman Kakao didesa Perkebunan. Sehingga apa yang disampaikan sangat dibutuhkan oleh petani sampel, dengan persyaratan bagian materi semuanya berasal dari materi yang dibuat dalm judul besar Pengendalian Hama Helopeltis Sp.
Kegiatan penyuluhan dalam rangka menguji coba rancangan penyuluhan tekhnik pengendalian Hama Helopeltis Sp diawali dengan pengenalan semut hitam, hal ini dimaksudkan untuk menarik minat petani agar menerima materi lanjutan yang berhubungan dengan cara pengendalian Hama Helopeltis Sp kemudian dibuat demca dan diskusi.saat penyampaian materi dengan metoda diskusi media folder dan petlap dibagikan kepada petani sampel. Kemudian diskusi bersama-sama antara mahasiswa pelaksana KIPA dengan petani Sampel.
Kuisioner dibagikan guna mengevaluasi tingkat persetujuan petani sampel tentang materi, media dan metoda yang telah diberikan. Pada kesempatan berikutnya materi disampaikan dengan metoda ceramah. Ceramah dilakukan dilahan kelmpok tani. Dalam penyampaian materi dengan menggunakan metode ceramah, mahasiswa cenderung melaksanakannya dengan cara melakukan anjangsana. Hal ini dilakukan mengingat petani sampel tidak mempunyai untuk diajak berkumpul secara sengaja disuatu tempat. Sehingga penyampaian materi baik digunakan metode diskusi dan ceramah semua dilakukan ketika petani beristirahat dari usaha kegiatan taninya. Dengan cara seperti ini membangun keakraban mahasiswa dengan petani sampel.
1). Pelaksanaan Anjangsana/karya
Kegiatan anjangsana yakni kunjungan rumah atau tempat usaha sebaiknya dilakukan secara terencana, untuk itu seorang penyuluh hendaknya membuat suatu jadwal kunjungan dengan mengusul jadwal kunjungan dicantumkan siapa yang akan dikunjungi secara teratur dalam kurun waktu tertentu serta mempersiapkan topic yang akan dibicarakan, yang telah disusun sejak tahap persiapan tahap pelaksanaan sampai tahap evaluasi.
Kunjungan yang jarang dilakukan tetapi teratur akan lebih efektif daripada kunjungan yang sering dilakukan tetapi tidak teratur. Petani sasaran yang lebih dahulu akan menjadi prioritas utama dalam melakukan kunjungan hendaknya juga perlu diperhatikan dintaranya para kontak tani, tokoh masyarakat, serta pemuka-pemuka masyarakat yang terkait.
Dalam melakukan kunjungan diusahakan pada waktu yang tepat atau tidak menganggu kesibukan petani. Kunjungan rumah sebaiknya dilakukan pada sat dimana petani beserta keluarganya dalam keadaan santai sedangkan untuk kunjungan usaha tani dapat dilakukan pada waktu berada dilahan yang diusahakannya dengan tidak menyebabkan terbengkalainya pekerjaan petani yang dikunjungi. Bila memungkinkan persiapkanlah alat bantu pendukung dalam kegiatan kunjungan yakni berupa pemberian folder sebagai bahan dapat membantu penyebar luaskan informasi sehingga dapat menarik minat petani untuk mempelajarinya.
Bersikaplah ramah, bersahabat dengan penuh rasa kekeluargaan dan jangan bersikap terlalu resmi karena dapat menimbulkan suatu kesenjangan status kedudukan yang agak menonton dan tidak bersikap seperti mengurai atau merasa lebih hebat dari petani. Adapun topik-topik yang dibicarakan selama melakukan kegiatan kunjungan dibagi kedalam beberapa tahap diantaranya :
Tahap Persiapan
Dalam hal ini memperhatikan dahulu kebijaksanaan pemerintah dibidang pembangunan pertanian dan peraturan tentang pelaksanaannya, kumpulkan informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi dan potensi yang dimiliki, perhatikan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki petani bersangkutan dalam melakukan pengelolaan usaha taninya, pergerakan petani untuk mengikuti kegiatan pertemuan kelompok atau penyuluhan dan perhatikan bagaimana respon petani dengan adanya penerapan tekhnologi yang baru.
Tahap persiapan meliputi kegiatan persiapan alat bahan dan media yang digunakan alat, media dan metoda yang digunakan hendaknya saling mendukung sehingga informasi/ materi yang diberikan kepada petani dapat diterima. Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah folder dan benda nyata.
Tahap Pelaksanaan
Pertama, beritahukan bahwa informasi ini dapat membantu usaha tani keluarga, kemudian perbincangkan bagimana pengaruh usaha tani terhadap permasalahan yang dihadapi, selanjutnya berikan masukan maupun saran yang dapat membantu memecahkan maslah yang dihadapi pada usaha taninya.
Tahap Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki oleh petani mengenai permasalahan yang dihadapi, maka diberikanlah beberapa pertanyaan secara tertulis yang tersusun dalam bentuk daftar, kuisioner. Kemudian buatlah daftar kesimpulan yang menjelaskan seperti apa kejadian yang terjadi dilapangan dan sebatas mana pengetahuan petani dalm memberikan keterangan mengenai permasalahannya sehingga jawaban tersebut dapat dijadikan tolak ukur atau bahan pertimbangan di dalam menentukan keputusan yang paling tepat. Terakhir catat hasil kunjungan, seperti masalah-masalah yang telah dibicarakan dan yang belum terpecahkan serta buatlah pesan atau masukan petani dalam bentuk risalah.
2). Pelaksanaan Demontrasi
Dalam melakukan kegiatan didesa Perkebunan kecamatan Tamiang Hulu kabupaten Aceh Tamiang telah menggerakkan kegiatan demontrasi isi penyampaian materi hendaknya disesuaikan dengan program/ kegiatan penyuluhan tekhnologi yang diperagakan harus sudah teruji baik dari segi mudahnya diterapkan, segi ekonomis mengguntungkan serta dari segi sosial, budaya dapat diterima masyarakat.
Tetapkan demontrasi seperti apa yang diterapkan dan dibedakan atas demontrasi cara, demontrasi hasil dan demontrasi cara yang mana masing-masing demontrasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, maka hendaknya disesuaikan dengan materi yang dibawakan.
Untuk materi perbanyakan semut hitam dalam mengendalikan Helopeltis Sp, dipilihlah demontrasi cara dan hasil karena kegiatan peragaan yang dilakukan memperagakan cara sekaligus hasil tekhnologi yang diperoleh agar sasaran memiliki kecakapan dan keterampilan serta mampu menerapkan tekhnologi yang didemontrasikan dalam usaha taninya yakni usaha melakukan kegiatan perbanyakan semut hitam atau serangga merah untuk menghilangkan hama Helopeltis Sp diperoleh dari hasil perbanyakan.
Tahap Persiapan
Terlebih dahulu dapat ditentukan lokasi pertemuan yang akan diselenggarakan kegiatan demontrasi baik itu balai desa saung kelompok maupun salah satu lahan percobaan usaha tani dan persiapkan topik yang akan disampaikan sebaik-baiknya. Untuk lebih meyakinkan para peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan, maka dibuat suatu undangan yang menghimbau agar petani mau menghadiri kegiatan tersebut. Hendaknya materi yang dipersiapkan dan disampaikan sendiri oleh pembicara agar tekhnologi yang dibicarakan dapt berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Penyampaian materi juga perlu didampingi oleh narasumber yaitu para peneliti lainnya yang sesuai / berhungan dengan materi yang dibicarakan. Sebelum melakukan kegiatan penyuluhan, beritahukan kepada para peserta tentang topik yang akan dibahas sehingga petani dapat mempersiapakan diri sendiri dalam mempelajari materi yang akan disampaikan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam demontrasi ini sesuai dengan materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan (terlampir Pada petlap yang diberikan). Alat dan bahan ini dipersiapkan satu hari sebelum kegiatan demontrasi dilakukan. Alat dan bahan yang digunakan dipersiapakan oleh penyuluh denagn bekerja sama dengan petani. Lokasi pelaksanaan demontrasi dipilih berdasarkan kesepakatan petani disesuaikan dengan materi yang diberikan.
Tahap Pelaksanaan
Penggunaan alat peraga atau alat bantu pada saat pelaksanaan demontrasi sangat membantu bagi pemahaman petani dan kelancaran penerapan tekhnologi yang disampaikan. Lakukan kegiatan demontrasi secara sistematis berurutan dari tahap satu ke tahap selanjutnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sehingga tidak menimbulkan keraguan dan memperkecil resiko kegagalan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini sesuai dengan petunjuk kerja yang ada pada petlap yang digunakan.
Sebanyak mungkin mintalah kehadiran para peserta untuk mencoba melakukannya kegiatan demontrasi atau ikut sertakan para peserta dalam pembahasan masalah. Untuk menambah pengertian dan mendami materi yang disampaikan dapat diingat dan dipelajari kembali berikan selembaran berupa folder.
Tahap Evaluasi
Maka dalam kegiatan demontrasi lebih diarahkan kepada sasaran yang mempelajarinya, dan pada dasarnya yaitu para petani Kakao dan kelompok tani sehingga mereka dapat meyakini bahwa penerapan tekhnologi tersebut akan memberikan hasil yang optimal apabila kalau usaha tersebut dilakukan baik secara bersama dalam kelompok maupun dalam gabungan kelompok, dengan melalui kerjasama ini akan menciptakan efesiensi baik dalam proses belajar–mengajar maupun mengatasi permasalahan keberadaan penyakit Helopeltis Sp diseluruh areal tanaman Kakao di desa Perkebunan kecamatan Tamiang Hulu.
Kegiatan penyuluhan dengan metode pendekatan perorangan adalah anjangsan / karya. Kegiatan ini dilakukan dengan berkunjung ke rumah-rumah / usaha tani responden dengan membawa alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penyampaian informasi berupa alat tulis, lembaran kuesioner, beberapa contoh/bentuk dari penyakit Helopeltis Sp baik berupa model gambar / foto maupun bentuk aslinya yang menyerang pada tanaman kakao petani itu sendiri
Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok dilaksanakan di Meunasah atau di gedung sekolah atau di ruang BPP dan dilahan petani dengan metode demontrasi cara kegiatan dilahan petani ini berkaitan dengan demontrasi cara aplikasi pengendalian hama Helopeltis Sp terhadap tanaman Kakao.
Untuk mempermudah para petani mengingat dan memperagakan kembali informasi yang telah disampaikan maka diberikan suatu catatan materi berupa medi folder dengan alat dan bahan pembuatan folder seperti seperangkat alat percetakan (Komputer), kertas HVS, tinta warna dengan isi materi mengenai pengendalian Helopeltis Sp dengan memanfaatkan semut hitam atau serangga merah yang menyerang tanaman Kakao yang dicetak dalam bentuk yang menarik agar petani sasaran berminat membacanya, yang digandakan dalam jumlah yang disesuiakan bagi kebutuhan dilapangan dan disebarkan bagi para petani, bagaimana bentuk-bentuk penyajian folder tersebut dapat dilihat pada lampiran, sedangkan untuk mempermudah penyuluhan menyampaikan materi, maka penyuluh dibekali dengan beberapa petunjuk lapangan yang berisikan mengenai tahapan materi yang akan disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, dimana materi disampaikan nantinya telah disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan terangkum sesuai dengan yang direncanakan, bagaimana penjelasan mengenai lembaran penyuluhan mahasiswa (LPM), sedangkan mengenai petunjuk dilapangan
F. Analisis Alat Ukur
Berdasarkan keadaan petani responden yang rata-rata tingkat pendidikannya adalah Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidayyah Negeri, MTsN, SLTP, SMU, dan MAN dapat diketahui bahwa anggota kelompok tani dalam keadaan dapat membaca dan menulis. Oleh karenanya dalam kegiatan penyuluhan, untuk dapat menilai apakah rancangan penyuluhan yang dibuat kuat atau tidak dan valid atau tidak, maka alat ukur yang digunakan adalah berupa lembaran pertanyaan (kuesioner) dengan jawaban berskala ordinal.
Didalam membuat suatu kuisioner, perlu diketahui bahwa kuisioner disamping bertujuan untuk menampung tata sesuai dengan kebutuhan juga merupakan suatu kertas kerja yang harus ditata laksanakan secara baik. Oleh karena itu, ada beberapa karakteristik dalam membuat kuisioner agar dapat dikatakan bahwa kuisioner yang dibuat telah efektif dan efisien. Karakteristik tersebut mencakup komonen inti kuisioner dan menjadikan kuisioner sebagai kertas kerja (Umar:2005).
Emori (1995) dalam Umar mengatakan bahwa ada empat komponen inti dari sebuah kuisioner. Keempat komponen ini yaitu:
- Adanya subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakn riset;
- Adanya ajakan, yaitu permohonan dari periset kepada responden untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun pertanyaan yang tersedia;
- Adanya petunjuk pengisian kuisioner, yang mana petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti dan tidak bisa;
- Adanya pertanyaan maupun pertanyaan beserta tempat mengisi jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup ataupun terbuka. Dalam membuat pertanyaan ini jangan dilupakan isian untuk identitas responden, keempat komponen beserta dengan kuisioner yang digunakan sebagai alat ukur kegiatan KIPA dapat dilihat pada lampiran 1.
Menurut Sevila (1988) dalam Umar, paling tidak ada lima kriteria agar intrumen pengumpulan data dikatakan baik, adalah:
- Reabilitas
Reabilitas yaitu derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh intrumen pengukuran. Reabilitas dapat ditemukan dengan menggunakan rumus:
r11 = K .1- ∑ỏi2
K-1 ỏt2
Dimana:K = Jumlah item
∑ỏi2 = Jumlah varians item
ỏt2 = Total varians
Selanjutnya untuk menafsirkan hasil uji reabilitas, kriteria yang digunakan adalah, jika nilai hitung alpha lebih besar (>) dari nilai tabel r maka angket dinyatakan reliable, atau jika nilai hitung alpha lebih kecil (<) dari nilai tabel r maka angket dinyatakan tidak reliable.
- Validitas
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang kuat. Paling tidak yang dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas suatu intrumen adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam penelitian.
Pengujian validitas dapat dilakukan dengan komputerisasi dengan menggunakan program Excel. Untuk menafsirkan hasil uji validitas dapat menggunakan kriteria. Jika nilai hitung r lebih besar (>) dari nilai tabel r maka item angket dinyatakan valid dan dapat dipergunakan, atau jika nilai hitung r lebih kecil (<) dari nilai tabel r maka item angket dinyatakan tidak valid dan tidak dapat dipergunakan.
- Sensitivitas
Sensivitas dalm penelitian dijelaskan sebagai kemampuan suatu intrumen untuk melakukan diskriminasi yang diperlukan untuk masalah penelitian. Bila reliabilitas dan validitas suatu tes tinggi, tampaknya tes tersebut juga sensitive, merpertajam perbedaan dalam derajat variasi-variasi karakteristik.
- Objektivitas
Objektivitas dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai derajat dimana pengukuran yang dilakukan bebas dari pendapat dan penilaian subjektif, bebas dari bias dan perasaan orang-orang yang menggunakan tes.
- Fisibilitas
Fisibillitas berkenaan dengan aspek-aspek keterampilan, penggunaan sumber daya dan waktu. Ada beberapa tes tertentu yang harus menuntut keterampilan minimum dalam menyusun dan menganalisis hasil tes. Akan tetapi ada juga yang menuntut keterampilan yang lebih tinggi, juga mengenai biaya dan waktu, dapat menjadi kendala dalam penelitian, sehingga perlu pertimbangan-pertimbangan agar penelitian disesuaikan dengan kemampuan.
G. Analisis Rancangan Penyuluhahn Pertanian
1. Materi
Materi yang ditetapkan dalam rancangan penyuluhan karya ilmiah penugasan akhir (KIPA) adalah didasarkan pada kebutuhan petani Kakao yang ada didesa Perkebunan kecamatan Tamiang Hulu kabupaten Aceh Tamiang. Materi yang disampaikan adalah pengendalian hama Helopeltis Sp. Berdasarkan evaluasi rancangan penyuluhan terhadap materi yang disampaikan, materi mempunyai validitas dan reliabilitas instrument materi dikatakan valid, karena r hitung dari setiap instrument lebih besar dari tabel. Untuk lebih jelasnya r hitung intrumen disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengujian Validitas Terhadap Instrument Materi
No Item r Hitung r Tabel keterangan
1 0.437 0,299 Valid
2 0,752 0,299 Valid
3 0,771 0,299 Valid
4 0,541 0,299 Valid
5 0,549 0,299 Valid
Hasil Pengujian reliabilitas menunjukkan bahwasanya instrument materi rancangan penyuluahan reliable, dimana r hitung adalah 0,612 untuk tari signifikan 4% angka kritik adalah 0,276, jadi r hitung lebih besar dari r tabel. Maka dapat disimpulkan bahwasanya instrument tersebut reliabel.
2. Media
Media penyuluhan merupakan saluran yang dapat menghubungkan penyuluh dengan materi penyuluhan. Berdasarkan sasaran maka media yang tepat digunakan folder. Hasil evaluasi rancangan penyuluhan terhadap media menunjukkan bahwasanya media yang digunakan mempunyai validitas dan reliabilitas, dikatakan valid dan reliabel karena nil;ai r hitung lebih besar dari nilai r tabel. Lebih jelasnya hasil uji validitas terhadap instrument media disajikan pada tabel 6
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Terhadap Media
No Item r Hitung r Tabel keterangan
1 0.506 0,299 Valid
2 0,658 0,299 Valid
3 0,458 0,299 Valid
4 0,578 0,299 Valid
5 0,567 0,299 Valid
Hasil uji reliabilitas menunjukkan instrument medi tersebut realibel, dimana koisien korelasi ialah 0,531 angka ini adalah lebih besar dari tabel, dimana r tabel adalah 0,299.
3. Metode dan Tekhnik Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam rancangan penyulhan ini adalah disesuaikan dengan materi yang disampaikan. Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah metode demontrasi cara dan kunjungan rumah. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, metode yang digunakan dalam racangan penyuluhan ini menunjukkan valid dan reliabel. Koefisien korelasi yang diperoleh dalm instrument metode dan tekhnik penyuluhan ini adalah lebih besar dari r. Untuk lebih jelasnya hasil uji validitas terhadap metode dan tekhnik penyuluhan disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Validitas Terhadap Media dan Tekhnik Penyuluhan
No Item r Hitung r Tabel keterangan
1 0.651 0,299 Valid
2 0,758 0,299 Valid
3 0,458 0,299 Valid
4 0,578 0,299 Valid
5 0,50 0,299 Valid
Hasil perolehan angka koefisien korelasi reliabilitas terhadap metode dan tekhnik penyuluhan adalah 0,758. Ini menunjukkan metode yang digunakan dalam rancangan penyuluhan reliabel, karena r hitung lebih besar dari r tabel dimana r tabel adalah 0,299.
4. Sasaran
Sasaran dalam rancangan penyuluhan adalah petani Kakao di desa Perkebunan Kecamatan Tamiang Hulu. Umur rata-rata petani responden adalah masih berusia produktif. Karakteristik petani responden yang ada didesa Perkebunan kecamatan Tamiang Hulu sangat sesuai dengan rancangan penyuluhan yang disusun sehingga KIPA dapat berjalan lancar.
Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, sasaran yang dipilih untuk menjadi responden adalah sangat tepat. Dalam rancangan penyuluhan ini menunjukkan valid dan reliabel. Koefisien korelasi yang diperoleh dalam instrument sasaran adalah lebih besar dari r tabel. Lebih jelasnya hasil uji validitas terhadap sasarn disajikan pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji Validitas Terhadap Sasaran
No Item r Hitung r Tabel keterangan
1 0.761 0,299 Valid
2 0,458 0,299 Valid
3 0,628 0,299 Valid
4 0,523 0,299 Valid
5 0,258 0,299 Tidak Valid
Hasil uji reliabilitas menunjukkan sasarn tersebut reliabel, dimana koefisien korelasi adalah 0,60 angka ini adalahlebih besar dari r tabel, dimana r tabel adalah 0,299.
5. Evaluasi
Rancangan penyuluhan karya ilmiah penugasan akhir (KIPA) yang dilaksanakan didesa Perkebunan BPP Pulo Tiga Kecamatan Tamiang Hulu Kabupaten Aceh Tamiang menunjukkan valid dan reliabel. Berdasarkan hasil uji instrumen-instrumen terhadap materi, media, metode dan tekhnik penyuluhan serta sasaran dinyatakan valid reliabel.
Keberhasilan suatu instrument tidak terlepas dari baiknya menyusun instrument itu sendiri. Menurut Ari Kunto (1993) dalam Umar, langkah-langkah penyusunan instrument adalah sebagai berikut:
- Mengidentifikasi variable-variabel dalam rumusan suatu penelitian
- Menjabarkan variable tersebut menjadi sub variable
- Mencari indicator / aspek setiap variable
- Menderetkan deskriptor dari setiap indicator
- Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrument
- Melengkapi instrument dengan petunjuk pengisian dan kata pengantar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Rancangan Penyuluhan Tekhnik Pengendalian Hama Pengisap Buah Kakao (Helopeltis Sp) didesa Pekebunan BPP Pulo Tiga Kecamatan Tamiang Hulu, dapat diterima oleh petani sebagai berikut:
a) Tingkat penerimaan petani terhadap materi penyuluhan dapat diterima 75,59%;
b) Tingkat penerimaan petani terhadap metode penyuluhan 75,55%;
c) Tingkat penerimaan petani terhadap media penyuluhan 81,72%;
B. Saran
a) Agar rancangan penyuluhan ini kiranya dapat menjadi acuan bagi penyuluh diwilayah kerja penyuluhan pertanian (WKPP) BPP Pulo Tiga Kecamatan Tamiang Hulu Kabupaten Aceh Tamiang;
b) Agar rancangan penyuluhan ini kiranya dapat menjadi acuan bagi penyuluh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Tamiang diwilayah kerja Kecamatan Tamiang Hulu;
c) Hendaknya dalam mendukung bagi kelancaran kegiatan dilapangan, disarankan kepada para petani khususnya petani Kakao didesa Perkebunan kecamatan Tamiang Hulu agar dalam pengelolaan Perkebunan Kakao untuk lebih sering melakukan pengamatan dan pencegahan dari adanya serangan hama Helopeltis Sp ini merupakan hama yang dapat merugikan produksi yang dapat dihasilkan dalam usaha tani tanaman Kakao.